Pasukan Abadi bertugas sebagai Garda Imperial dan juga sebagai pasukan tempur. Sebagai Garda Imperial, Pasukan Abadi bertugas melindungi kekaisaran jika ada serangan dari luar, sedangkan sebagai pasukan tempur, Pasukan Abadi ikut serta dalam penyerangan yang dilakukan oleh Kekaisaran, salah satunya adalah ketika ekspansi Kekaisaran Persia dan pada Perang Yunani-Persia. Dalam masa damai, Pasukan Abadi bertugas sebagai pengawal kaisar.
Nama pasukan ini dalam bahasa Persia kemungkinan adalah Anûšiya ('rekan').
Herodotos menggambarkan Pasukan Abadi sebagai infantri berat yang dipimpin oleh Hydarnes.
Jumlah tentaranya adalah 10.000 prajurit.
Yang boleh masuk ke dalam Pasukan Abadi hanya orang Persia, Medes, dan Elam. Pasukan Abadi memperoleh pelatihan yang lebih baik dan lebih berat daripada infantri ringan biasa.
Para prajurit dalam Pasukan Abadi sudah dilatih dengan keras sejak kecil. Siasat yang biasa digunakan oleh Pasukan Abadi yaitu barisan depan menyerang musuh sedangkan barisan belakang menembakkan panah ke arah musuh.
Para prajurit yang menjadi tentara Abadi adalah pria-pria yang sangat setia pada kaisar dan akan melindungi kaisar bahkan sampai mati.
Pasukan ini disebut sebagai "Pasukan Abadi" hanya oleh Herodotos. Sementara sumber dari Persia sendiri tidak menyebutkan nama pasukan ini.
Kemungkinan, Herodotus telah keliru membedakan Anûšiya ('rekan') dengan Anauša ('Pasukan Abadi').
Selain oleh Herodotos, Pasukan Abadi disebutkan pula oleh Athenaios (yang mengutip Herakleides dari Kyme); Hesykhios (yang secara keliru menyebut Pasukan Abadi sebagai detasemen kavaleri); Procopius[8]; serta sumber-sumber lain yang mengambil data dari Herodotos, sedangkan Cassius menyebut Pasukan Abadi dengan mengambil rujukan dari Romawi, dan menyebutnya sebagai pasukan tempur.
Menurut Herodotos dan Xenophon, pasukan ini dinamai Pasukan Abadi (Athanatoi) karena jumlahnya selalu tetap, yakni 10.000 prajurit. Mereka punya tradisi dan aturan bahwa jika ada tentara Abadi yang terbunuh, terluka parah, cacat serius, atau sakit, maka akan langsung digantikan oleh tentara baru sehingga jumlah pasukan ini akan selalu 10.000, tidak kurang dan tidak lebih, karena itulah pasukan ini dinamai Pasukan Abadi.
Menurut seorang ahli sejarah Persia, Ardeshir Radpour, selain karena jumlahnya selalu tetap, pasukan ini dinamai Pasukan Abadi juga karena mereka tidak pernah meninggalkan mayat prajurit yang mati di medan pertempuran. Mereka selalu memindahkan prajurit Pasukan Abadi yang terbunuh dan menjauhkannya dari pantauan musuh, dengan demikian musuh jarang melihat prajurit Pasukan Abadi yang mati. Ini seolah-oleh membuat prajurit Pasukan Abadi terlihat tidak dapat mati.
Nama lain dari Pasukan Abadi adalah Melophoroi (Para Pembawa Apel).Nama ini digunakan oleh para sejarawan pengikut Aleksander yang Agung.
Pasukan Abadi membawa tombak yang memiliki penyeimbang berupa logam kecil berbentuk bulat untuk menyeimbangkan titik berat tombak. Bentuk penyeimbang tersebut mirip apel sehingga mereka disebut Para Pembawa Apel.
Dalam pertempuran, Pasukan Abadi bertanggung jawab untuk melindungi tenda kerajaan yang ditempati oleh kaisar.
Pasukan Abadi ikut berperang dalam penaklukan Koresh yang Agung di Kekaisaran Babilonia Baru pada 547 SM, kampanye Kambises melawan Mesir pada 525 SM dan invasi Darius yang Agung ke Punjab Barat dan Sindh di India serta ke Skithia pada 520 SM dan 513 SM.
Hanya anak laki-laki keturunan Persia yang bisa masuk ke dalam pelatihan Pasukan Abadi.
Di kemudian hari persyaratannya bertambah, yaitu seseorang harus setia pada ajaran Zoroaster jika ingin menjadi tentara Pasukan Abadi.
Berdasarkan Strabo, para calon tentara Pasukan Abadi harus menjalani pelatihan sejak masa anak-anak. Pelatihan mereka sangat berat dan keras baik secara fisik maupun psikologis.
Mereka barangkali sudah dilatih sejak usia 5 atau 7 tahun.
Mereka harus belajar bertahan hidup dalam kondisi yang sulit, misalnya bertahan hidup dengan memakan buah-buahan liar semacam pistachio (kenari hijau), acorn (buah pohon ek), delima, dan pir liar.
Mereka juga harus punya kemampuan nuntuk menjinakkan kuda liar.
Anak-anak itu dibagi ke dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 50 orang dan mereka dilatih menunggang kuda, bertarung, menggunakan senjata, memanah, berenang, melempar tombak, berlari, dan berbaris.
Mereka juga dilatih untuk dapat bertahan dalam kondisi cuaca yang tidak mendukung.
Herodotos menyebutkan bahwa usia para prajurit yang termasuk Pasukan Abadi berkisar antara 15 tahun sampai 50 tahun. Ketika sudah berusia sekitar 50 tahun, seorang tentara Abadi boleh pensiun dan diberi semacam tunjangan pensiun.
Keterlibatan Pasukan Abadi dalam Pertempuran Thermopylae adalah yang paling terkenal.
Xerxes dan pasukannya yang berjumlah sangat banyak datang ke Yunani untuk menaklukan Athena dan kota-kota di sekitarnya. Bangsa Yunani memutuskan untuk bersekutu untuk menghadapi Persia.
Persekutuan tersebut dipimpin oleh Sparta. Raja Sparta, Leonidas I, memutuskan untuk menghalangi Persia di "Gerbang Panas", sebuah celah sempit yang hanya bisa dilalui oleh sedikit prajurit. Pasukan Yunani terdiri dari sekitar 7,000 prajurit, di antaranya adalah 300 prajurit Sparta. Menurut sumber-sumber kuno, pasukan Persia berjumlah jutaan, suatu klaim yang sangat mungkin terlalu dilebih-lebihkan. Kalah jumlah, pasukan Yunani mampu menahan pasukan Persia selama tiga hari.
Pasukan Yunani menjalani tiga pertempuran di Thermopylae sebelum akhirnya dikepung dan dikalahkan.
Pada hari pertama pertempuran, Xerxes terkejut karena pasukan Yunani, yang berjumlah lebih sedikit, mau melawan pasukannya. Pasukan Yunani memakai formasi yang disebut "Formasi Phalanx." Para hoplites (infantri berat Yunani) merapatkan perisai mereka, dan beberapa barisan terdepan mengarahkan tombaknya ke depan.
Formasi ini merupakan paduan dinding perisai dan tombak-tombak yang terarah ke musuh. Formasi ini sulit ditembus oleh pasukan Persia.
Xerxes menawarkan Leonidas untuk menyerah. Leonidas menolak dan Xerxes pun mengirim pasukan Medes untuk menyerang pasukan Yunani.
Pasukan Medes adalah infantri ringan yang mengenakan baju zirah kulit dan membawa tombak serta perisai. Pasukan Medes dibantai oleh pasukan Yunani.
Karena serangan pertamanya gagal, Xerxes pun bersiap untuk mengirimkan Pasukan Abadinya.
Xerxes merasa yakin bahwa Pasukan Abadi akan mampu mengalahkan pasukan Yunani.
Dengan perintah Xerxes, Pasukan abadi pun maju.
Komandan Pasukan Abadi adalah Hydarnes (bahasa Persia Kuno: Vidarna ("penyobek”)).
Pasukan Abadi bergerak menyerang pasukan Yunani dan barisan depan mereka berhasil dipatahkan oleh kumpulan tombak pasukan Yunani, formasi pasukan Yunani tetap tak tertembus.
Ini karena kuatnya para prajurit Yunani dan Sparta, selain juga karena para prajurit Yunani mengenakan baju zirah perunggu dan helm Korinthos yang kuat.
Senjata-senjata Pasukan Abadi, yang berhasil mengalahkan pasukan-pasukan di Asia, tidak mampu menembus pertahanan pasukan Yunani.
Perlengkapan pelindung Yunani memberi perlindungan yang kuat dan sulit ditembus oleh Pasukan Abadi. Sebaliknya, tombak dory pasukan Yunani terbukti fatal bagi Pasukan Abadi. Bahkan perisai Pasukan Abadi dapat hancur jika diserang dengan sudut dan kecepatan yang tepat.
Pasukan Abadi tidak mampu mengalahkan pasukan Yunani karena perisai mereka lebih lemah, selain itu mereka tidak memakai helm dan pelindung kaki.
Pasukan Abadi memiliki kelebihan karena membawa panah, namun panah-panah mereka juga tidak terlalu berguna terhadap pasukan Yunani yang memiliki pelindung kuat.
Perlindungan Pasukan Abadi yang lebih sedikit ini disebabkan Kekaisaran Persia lebih mengutamakan penggunaan kavaleri dan pemanah dalam jumlah yang sangat banyak.
Di kemudian hari, infantri Persia mulai mengadopsi perisai hoplon Yunani.
Selain itu tempat pertempuran yang sempit lebih menguntungkan pasukan Yunani, dan karena mereka bertempur untuk membela tanah air, maka moral pasukan Yunani juga lebih tinggi.
Pada hari kedua, Xerxes kembali mengirimkan Pasukan Abadi untuk menyerang pasukan Yunani, namun seperti halnya pada hari pertama, serangan ini tidak banyak membuahkan hasil.
Karena kegagalan ini, Xerxes mulai kebingungan memikirkan langkah selanjutnya dan mempertimbangkan tentang kekalahan.
Pada hari kedua itu pula, Xerxes didatangi oeh seorang pengkhianat bangsa Yunani bernama Ephialtes dari Trakhis.
Dia memberi informasi mengenai jalan gunung di sekitar Thermopylae yang dapat digunakan untuk mengepung pasukan Yunani.
Atas tindakannya, di kemudian hari nama "Ephialtes" di Yunani menjadi bermakna "mimpi buruk" dan disamakan dengan pengkhianat.
Setelah mendapat informasi itu, pada petang hari Xerxes mengirim Hydarnes bersama 20.000 prajurit untuk mengepung pasukan Yunani melalui jalur tersebut. Kemungkinan dalam pasukan yang dipimpin oleh Hydarnes itu, dimasukkan pula sisa-sisa Pasukan Abadi yang belum terluka.
Jalur itu dimulai dari arah timur kamp pasukan Persia dan terbentang di sepanjang punggung gunung Anopaia, yang berada di sisi celah yang dijaga oleh pasukan Yunani. Jalur itu bercabang, yang satu menuju Phokis dan yang lainnya menuju Teluk Malia tempat pasukan Yunani bersiaga.
Dengan menggunakan jalur itu, pasukan Persia dapat menjepit pasukan Yunani.
Hari ketiga sekaligus terakhir dari pertempuran tersebut merupakan kehancuran bagi pasukan Yunani.
Ketika sadar bahwa pasukan Persia akan berasil mengepung mereka, Leonidas memerintahkan sebagian pasukan Yunani untuk mundur dan menyelamatkan diri, sedangkan sebagian lainya, dengan dipimpin oleh Leonidas, tetap bertahan.
Ketika pasukan Persia berdatangan, pasukan Yuani mencoba bertahan dan membunuh sebanyak mungkin serdadu Persia.
Ketika Pasukan Abadi ikut maju, pasukan Yunani semakin terdesak. Sebagian prajurit Thebes menyerah dan dijadikan tawanan, sedangkan para prajurit Yunani lainnya terus melawan dan dibantai.
Dalam baku hantam itu, korban juga berjatuhan di pihak Pasukan Abadi; dua orang adik Xerxes, yang menjadi prajurit Pasukan Abadi, gugur.
Seusai pertempuran, Xerxes memerintahkan semua mayat prajurit Persia untuk dikubur supaya tidak mempengaruhi mental pasukan.
Xerxes, yang sangat marah terhadap Leonidas, memerintahkan juga supaya mayat Leonidas untuk dipenggal, kepalanya ditancapkan pada sebuah galah, dan tubuhnya disalibkan.
catatan: Nama "Pasukan Abadi" dimunculkan kembali oleh Pasukan Sassaniyah.
Unit Savaran yang paling terkenal adalah Zhayedan (Pasukan Abadi) dan berjumlah 10.000 prajurit, seperti halnya pendahulu Akhemeniyahnya. Bedanya adalah bahwa mereka adalah pasukan kavaleri. Tugas utama mereka adalah mengamankan penerobosan dalam pertempuran dan memasuki pertempuran pada saat yang krusial. Pasukan Zhayedan ini dipimpin oleh seorang komandan dengan gelar "Varthagh-Nighan Khvadhay." Pasukan ini adalah pasukan katafrakt dan sering dikerahkan untuk melawan pasukan Arab.
Para serdadunya menunggangi kuda-kuda yang kuat dan tangguh, yang berasal daerah Iran barat
- Kisah Seorang Aktris Porno Yang Meninggalkan Karirnya
- belajar dari kupu-kupu
- Belajar Mengasihi Dari Malaikat Kecil
- Perjuangan Hidup Penambang Belerang
- Uang dan waktu
- Nick Vujicic, Pria Yang Hidup Tanpa Kaki dan Tangan
- true story Surat Seorang Ayah Kepada Anaknya yang Sudah Meninggal
- kisah inspiratif orang terkaya ke3 di indonesia
- Kisah Mengharukan Seorang Perampok dan Anak Buta
- Lanjutkan! (Jangan Kau Berhenti)
- Sisihkan 2-3 menit waktu kalian sebentar utk membaca ini
- kisah nyata yang terjadi di jepang
- Socrates Diperintahkan Meminum Racun karena Mengajarkan Kebenaran
- CINTAILAH CINTA
- Bicara Dengan Bahasa Hati
- tak sesulit yang anda bayangkan
- Ibunda, Kenapa Engkau Menangis
- PELAJARAN SANG KELEDAI
- HARI INI ADALAH ABADI
- menikmati kritik dan celaan
- sayangilah kekasihmu sebelum ini terjadi
- Impian Seluruh Orang Tua
- Renungan Seorang Anak
- keharusan memberi, bukan menerima
- Kisah sebuah guci
- Hargailah Sebutir Nasi
- kapan kita membahagiakan orang tua kita???
- Segala Hal Pasti Butuh Biaya
- menuju kebahagiaan
- Renungan Hidup/a>
- Kebodohan Profesor yang Menganggap Agama Sebuah Mitos
- Renungan Buat Wanita Jaman Sekarang
- SAAT-SAAT KEMATIAN MENJEMPUT
- renungan di kesunyian malam
- Suami yg sholeh harta yg berharga buat istri
- Perlakukan dengan baik
- Kisah Cinta seorang Anak kepada Orang Tuanya
- Jati diri Kita yang Sebenarnya
- Kenyamanan Bagai Arak Beracun
- Berkorban Itu Indah
- Pengabdian Tanpa Tanda Jasa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar