"Kalau kita refer pada krisis keuangan tahun 2008 . Kita relatif terisolasi. Karena apa? Karena profil industri keuangan kita relatif masih konvensional," ujar Ryan dalam diskusi Sindo Hot Topic, di Jakarta, Senin ( 17/10/2011 ). Konvensional artinya Indonesia tidak mengenal instrumen derivatif.
"Faktor luck yang kedua adalah kita punya potensi pasar lokal yang besar," tambah dia. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah penduduk nasional sekitar 237 juta jiwa. Dengan begitu, lanjut Ryan, Indonesia adalah pasar yang seksi atau atraktif.
Apalagi, sebanyak 70 persen dari produk domestik bruto (PDB) dikontribusi oleh pasar domestik. Terutama didorong oleh konsumsi rumah tangga. "Kombinasi faktor inilah yang saya kira yang menjadi referensi pemerintah untuk tetap positif memandang ekonomi kita (pada) 2012 . Minimal kita bisa achieve (pertumbuhan ekonomi) di 6,5 persen," sebut Ryan.
Ia pun menyebutkan, Asian Development Bank (ADB) malah memerkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 6,7 persen pada tahun depan. Sementara negara-negara Asia yang lain dikoreksi rata-rata sebesar 0,2 persen.
"Indonesia punya domestic market yang besar," tegas dia, yang mungkin menjadi alasan dari ADB memandang positif perekonomian Indonesia. Jadi, Indonesia tidak perlu panik dengan kondisi buruk di Amerika Serikat dan Uni Eropa. Apalagi, kedua wilayah tersebut bukan pasar utama ekspor Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar